Rabu, 11 Juni 2008

Karya Sastra

Nama : IDA ZUBAEDAH
Nim : 0702033
Kelas : Bahasa Indonesia
Program S1 PGSD
UPI Kampus Sumedang


1. Sinopsis :

Langit dan Bumi Sahabat Kami


Karya N.H. Dini

Aku mempunyai si Badut seekor kambing betina yang sedang bunting. Setiap hari bapak selalu mengeluarkan si badut dari dalam sepen. Ia selalu membawanya ke kebun belakang bekas tangsi polisi dan akulah yang selalu menunggunya. Hal yang paling aku sukai adalah ketika badut di bawa turun dari kebun tangsi mendekati petak kebun dipinggir sungai. Dipinggir saluran air itulah aku sering memetik kremah dan krokot. Aku selalu berebut dengan badut untuk mendapatkan sayuran itu. Setelah badut kenyang memetik daun-daunan pagar kebun ia selalu berbaring dipinggir pagar tangsi bersamaku. Aku selalu mengingat kenangan hari-hariku dan aku selalu menulis kalimat dibuku tulis. Tak lupa aku juga selalu membawa melati, kucingku. Biasanya lehernya selalu kuikat dengan seutas tali panjang dan kujadikan satu dengan tali pengikat si badut. Melati selalu memeriksa daerah sekelilingnya dengan menyusupi banyak-banyak celah batang atau tumbuhan pagar. Aku selalu mengamati si badut dan kucingku yang selalu nampak akur.

Pertama sekali sekolah dibuka aku tidak menemukan kawan-kawanku yang dulu karena mereka mengungsi kedaerah pedalaman. Pulang dari sekolah aku menerima baju dari ibu yang diambil dari pusat palang merah di Jalan Bojong. Ibu pergi kesana untuk mendapatkan beberapa kaleng susu dan pakaian untuk anak-anak. Ayah tidak terlalu senang pemberian dari palang merah Belanda karena baginya Belanda hanya mencari muka saja. Suatu hari Pak sayur,kenalan ayah mampir kerumahnya agar tahu kediaman kami. Esoknya Pak sayur datang dengan membawa pohon singkong, bibit turi, bibit kelapa, dan potongan bambu yang dipesan ayah. Tidak hanya Pak Sayur yang kerumah kami, namun pedagang yang lain juga singgah kerumah kami. Mereka tidak hanya menitipkan barang dagangan mereka namun meraka juga bersedia membantu ayah dan ibu. Bagi ayah dan ibu tidak ada perhitungan pemberian kepada siapapun karena meraka memliki semboyan dalam hal kedermawanan, lebih baik memberi dari pada menerima. Bapak mempunyai tanah yang letaknya tepat disamping wetan dalem, tetapi tanahnya padat dan kering. Disanalah kami membikin kebun singkong dibantu oleh pak sayur dan kawan-kawannya. Setiap sore kami bergantian menyirami tanaman-tanaman tersebut. belum sepekan tanaman tersebut sudah banyak menarik perhatian orang-orang untuk memetik pucuk daun singkong.

Ketika tiba waktu panen ayah telah mencabut seluruh pohin tersebut. Ayah berhasil mencabut batang pohon dan mengeluarkan akar-akar sebesar lenganku yang berjuluran cokelat kemerahan, dan aku sangat terkagum. Kakakku Nugroho bersorak kemenangan setelah berhasil mencabut singkong yang lain. Ibu ridak sekuat Ayah dan Kakakku, ibu hanya menggerakkan perlahan-lahan pohon tersebut agar dapat dicabutnya. Aku memang baru pertama kali melihat panen singkong dan bagiku makan singkong itu adalah makan yang bisa dimakan dan dimasak apapun yang selalu nikmat, yang palingku sukai yaitu direbus dengan santan dan gula jawa. Nama makanan itu bajingan. Aku tidak tau mengapa makan seenak itu mendapat sebutan tidak senonoh. Bagiku ini adalah karunia Tuhan, hanya sebatang kayu, ditancapkan kedalam tanah, tetapi harus benar menancapkannya tidak boleh terbalik, sehingga bisa menghasilkan bahan makanan. Tanaman-tanaman ini tumbuh dengan subur kata bapak semua itu cukup dengan usaha dan kasih sayang karena telah menyiram dan mendangirnya secra bergantian. Menjelang Magrib entah beberapa ranjang ubi singkong yang masuk dalam sepen. Kami tidak hanya mempunyai tanaman singkong namun ada beberapa pohon buah-buahan. Hasil panen kamu selalu ibu bagikan kepada saudara dan tetangga-tetangga. Ibu juga salalu menyimpannya sebagai bahan cadangan makanan agar tidak kerkurangan bahan makanan yang teah kami alami sebulan yang lalu. Beberapa waktu lalu ada sekolahan yang
bari dibuka dan itu menempati rumah-rumah penduduk. Tetangga didepan kami menerima dua kelas. Yaitu pagi dan siang. ibu tidak melawatkanm kesempatan itu, ibu memanfaatkan timpahan hasil kebun dengan membuka warung yang menjajakan buah-buahan serta singkong rebusa dan jajanan lain. Ibu memiliki azaz kedermawanan yang masuk akal karena tidak merugikan diri sendiri dan tidak disalahgunakan oleh orang lain. Sepanjang ingatanku tuhan telah memberikan karunianya yang tidak hentinya memalalui hasil kebun. Kami juga tidak hanya mempunyai pohon mangga naum kami juga mempunyai pohon kedongdong, sawo dan lain-lain. Untuk mengambil panen buahnya memerlukan tenaga dan waktu yang banyak karena ketika berada diantara dahan-dahan pohon kita harus mencari buah dan dimasukan kedalam keranjang kemudian diturunkan satu demi satu dengan kerekan. Pak Sayur menasehati jika pohon yang terlalu bayank itu dpat terbuang sia-sia sebaiknya diborongkan saja kepada orang yang mau memetik sendiri dengan syarat tidak merusak pohon dan buah-buahan yang muda tidak dipetik. Pagi yang telah ditentukan Pak Sayur datang dengan dua laki-laki. Salah seorang naik kepohon untuk melihat dan meneliti. Kami slaing tawar-menawar mengenai harga yang disepakati ketika harga telah disepakati oleh kedua belah pihak akhirnya diperolehlah kesepakatan. Beberapa hari kemuadian sepen kami penuh dengan keranjang-keranjang sekepan dari hasil panen. melati dan simanis diberi tugas untuk menjaga hasi l panen tersebut dari tikus-tikus. Berkat hubungan dengan luar kota peti berasnya penuh dengan bahan makanan pokok dan setelah melewati musim kemarau yang panjang hujan turun untuk membanungankan kesuburan tanah kebun kami sehingga menghadiahi kami hasil bumi yang berlimpah. Darinya ibu memperoleh uang untuk membeli lauk kering yang disimpan dilemari belakang sebelah barat. Untuk kesekian kalinya ibu memperingatkan anak-anak agar selalu mencintai bumi dan tuhan penciptanya.

2. Kutipan : Langit Dan Sahabat Kami

Karya N.H. Dini

Kerap kali bapaklah selalu mengeluarkan si badut dari dalam sepen. Ia selalu membawanya ke kebun belakang bekas tangsi polisi dan akulah yang selalu menunggunya. Hal yang paling aku sukai adalah ketika badut di bawa turun dari kebun tangsi mendekati petak kebun dipinggir sungai. Dipinggir saluran air itulah aku sering memetik kremah dan krokot. Pada waktu membawa badut kesana, kami berdua berlomba siapa yang pertama berhasil mendapatkan daun-daunan itu karena dia juga menyukainya! Setelah terjadi berkali-kali, akhirnya dia mengerti bahwa kehadiranku disepanjang saluran itu amat menggaunggunya dia mendorong-dorongku dengan tanduk kepalanya lalu dia kudorong agar menjauhi rumput sayur tersebut tetapi dia amat kuat bertahan dan membela mati-matian penemuannya. Kdang-kadang aku yang menang, kadang dia berhasil menjatuhkan aku, aku tidak mau mengalah karena seperti kata ibu, badut bias makan daun-daun lainnya yang tidak bisa kami makan, sedangakan kremah dank krobot merupakan sayur Cuma-Cuma bagi kami. Setelah badut kenyang memetik daun-daunan pagar kebun ia selalu berbaring dipinggir pagar tangsi bersamaku. Aku selalu mengingat kenangan hari-hariku dan aku selalu menulis kalimat dibuku tulis. Tak lupa aku juga selalu membawa melati, kucingku. Biasanya lehernya selalu kuikat dengan seutas tali panjang dan kujadikan satu dengan tali pengikat si badut.Aku tidak pernah tahu apakah keduanya mnyetujuai atau tidak, tetapi mereka tampak menurut damai tanpa sikap menolak. Melati selalu memeriksa daerah sekelilingnya dengan menyusupi banyak-banyak celah batang atau tumbuhan pagar. Aku selalu mengamati si badut dan kucingku yang selalu nampak akur.

Hari pertama sekolah dibuka aku tidak menemukan kawan-kawanku yang dulu karena mereka mengungsi kedaerah pedalaman. Pulang dari sekolah aku menerima baju dari ibu yang diambil dari pusat palang merah di Jalan Bojong. Ibu pergi kesana untuk mendapatkan beberapa kaleng susu dan pakaian untuk anak-anak. Ayah melihat kami mencoba baju-baju tersebut. Tanapa dengan jelas betapa dia tidak berkenang. Ayah tidak terlalu senang pemberian dari palang merah Belanda karena baginya Belanda hanya mencari muka saja. Suatu hari Pak sayur,kenalan ayah mampir kerumahnya agar tahu kediaman kami. Esoknya Pak sayur datang dengan membawa pohon singkong, bibit turi, bibit kelapa, dan potongan bambu yang dipesan ayah. Tidak hanya Pak Sayur yang kerumah kami, namun pedagang yang lain juga singgah kerumah kami. Mereka tidak hanya menitipkan barang dagangan mereka namun meraka juga bersedia membantu ayah dan ibu. Ibu tidak segan-segan memberi meraka kadang obat-obtan sering kali pakaian merekapun ikut makan seadanya seperti kami. Ketika Pak Sayur memberi tahu bahwa istrinya akan melahirkan ibu mengeluarkan salah sebuah kenditnya sebagi bengkung. Bagi ayah dan ibu tidak ada perhitungan pemberian kepada siapapun karena meraka memliki semboyan dalam hal kedermawanan, lebih baik memberi dari pada menerima. Karena orang-orang kampong mengambil dan menggunakan tanah dipinggir kali bapak segera memagari bagian yang dipandangnya sebagai haknya. Bapak mempunyai tanah yang letaknya tepat disamping wetan dalem, tetapi tanahnya padat dan kering. Disanalah kami membikin kebun singkong dibantu oleh pak sayur dan kawan-kawannya. Karenakami sudah bersekolah dipagi hari kebun itu didiamkan tanapa penjagaan. Setiap sore kami bergantian menyirami tanaman-tanaman tersebut. belum sepekan tanaman tersebut sudah banyak menarik perhatian orang-orang untuk memetik pucuk daun singkong.

Ketika sebelum tiba waktu panen ayah telah mencabut seluruh pohon tersebut. Aku tidak bias mengatakan dengan pasti bagaimana perasaan yang meguasaiku hari itu berlari kesana-kemari dengan gugup mendekat dan melihat kesibukan disekelilingku. Ayah berhasil mencabut batang pohon dan mengeluarkan akar-akar sebesar lenganku yang berjuluran cokelat kemerahan, dan aku sangat terkagum. “Sudah, disini saja”kamu terlalu rebut berlarian kesana-kemari, kata ibu kepadaku:”kelihatan benar sebagai anak
kota! Belum pernah melihat orang panen singkong. Kakakku Nugroho bersorak kemenangan setelah berhasil mencabut singkong yang lain. Ibu ridak sekuat Ayah dan Kakakku, ibu hanya menggerakkan perlahan-lahan pohon tersebut agar dapat dicabutnya. Aku memang baru pertama kali melihat panen singkong dan bagiku makan singkong itu adalah makan yang bisa dimakan dan dimasak apapun yang selalu nikmat, yang palingku sukai yaitu direbus dengan santan dan gula jawa. Nama makanan itu bajingan. Aku tidak tau mengapa makan seenak itu mendapat sebutan tidak senonoh. Akhirnya aku berjongkok, menunggui dan membantu ibu bergulat dengan pohonnya. Kukatakan kepadanya bagaimana mungkin singkong-singkong besar itu dihasilkan olejj tanah yang tidak subur. Bagaimana orang bias mengira dibawah batangnya?

Terdengan suara Nugroho dari sudut kebun

“Tak perlu di urus! Ini ada ketela, kita cabut dan kita makan. Habis perkara!”

“Diam kamu, Nug!” bentak bapak ditengah-tengah usaha mencabut batang pohon.

“Ini karunia tuhan “ Sahut ibu.

Betul bagiku ini adalah karunia Tuhan, hanya sebatang kayu, ditancapkan kedalam tanah, tetapi harus benar menancapkannya tidak boleh terbalik, sehingga bisa menghasilkan bahan makanan.

“tanaman-tanaman ini tumbuh dengan subur” kata bapak “semua itu cukup dengan usaha dan kasih sayang karena telah menyiram dan mendangirnya secra bergantian.”kata bapak lagi.

Menjelang Magrib entah beberapa ranjang ubi singkong yang masuk dalam sepen.

“aduh, sampai pegal punggungku,” Keluh ibu.

“Petang ini tidak sempat membagi-bagikan dan mengirimkan pada tetangga.”

“Besok saja” Ayah menyahutnya.”Tinggal beberapa pohon kita kan mencabutnya, sekalian dibagikan.

“Malam ini saya ingin menjaga pohon yang masih tinggal,” Kata Pak Sayur.

“Saya turut, kang!” tanpa menunggu, teguh menyela.” Membawa senjata apa,kang?”

“Sabit atau Golok, kalau ada pencuri, ganpang. Dengan kedua senjata itu amat mudah bias dilepmar dengan tepat.”

“Aku bawa ketapel,” Seru Kakakku penuh semangat.

“ahh, jangan! Ibu mencampuri percakapan meraka.! Biar dicuri sedikit tidak mengapa. Kita sudah mendapat bagian banyak sekali.”

“Tetapi kalau dicuri semuanya bagaimana bu?” Nugroho todak bias bertahan menyatakan protesnya.

“iya, biarlah ! asal todak usah membunuh orang.”

“Tidak ada yang mati, bu. Siapa yang akan membunuh? Biarlah Pak sayur menjaga kebun kalau mau, ini kan hak kita. Sudah capek-capek mengerjakan tanah, orang lain tinggal memetik buahnya. Paling-paling kalau ada pencuri Pak Sayur hanya akan membikinnya pincang” Kata ayah!

Tapi ibu tidak setuju, dia tetap mengomel.

“ini rezeli tuhan. Kita bagi kepada siapapun yang memerlukannya.”

Kami tidak hanya mempunyai tanaman singkong namun ada beberapa pohon buah-buahan. Hasil panen kamu selalu ibu bagikan kepada saudara dan tetangga-tetangga. Ibu juga salalu menyimpannya sebagai bahan cadangan makanan agar tidak kerkurangan bahan makanan yang teah kami alami sebulan yang lalu. Beberapa waktu lalu ada sekolahan yang bari dibuka dan itu menempati rumah-rumah penduduk. Tetangga didepan kami menerima dua kelas. Yaitu pagi dan siang. ibu tidak melawatkanm kesempatan itu, ibu memanfaatkan timpahan hasil kebun dengan membuka warung yang menjajakan buah-buahan serta singkong rebusa dan jajanan lain. Ibu memiliki azaz kedermawanan yang masuk akal karena tidak merugikan diri sendiri dan tidak disalahgunakan oleh orang lain. Sepanjang ingatanku tuhan telah memberikan karunianya yang tidak hentinya memalalui hasil kebun. Kami juga tidak hanya mempunyai pohon mangga naum kami juga mempunyai pohon kedongdong, sawo dan lain-lain. Untuk mengambil panen buahnya memerlukan tenaga dan waktu yang banyak karena ketika berada diantara dahan-dahan pohon kita harus mencari buah dan dimasukan kedalam keranjang kemudian diturunkan satu demi satu dengan kerekan. Pak Sayur menasehati jika pohon yang terlalu bayank itu dapat terbuang sia-sia sebaiknya diborongkan saja kepada orang yang mau memetik sendiri dengan syarat tidak merusak pohon dan buah-buahan yang muda tidak dipetik. Pagi yang telah ditentukan Pak Sayur datang dengan dua laki-laki. Salah seorang naik ke pohon untuk melihat dan meneliti lalu menyerukan pendapatnya kepada kami yang tinggal dibawah. Mereka tawar-menawar beberapa waktu lamanya dengan bapak.

“Masa begitu rendahnya?” Sela ibu yang berada di pendapa tanpa diminta. “suruh dia melihat ke cabang sebeleh utara, pak!”

bapak mengulangi anjuran ibu kepada orang-orang yang ada diatas pohon.

“tentulah dia tidak melihat baik-baik,” Kata ibu lagi seperti ditujukan pada diri sendiri.

Akhirnya saling tawar-menawar mengenai harga yang disepakati ketika harga telah disepakati oleh kedua belah pihak akhirnya diperolehlah kesepakatan. Beberapa hari kemuadian sepen kami penuh dengan keranjang-keranjang sekepan dari hasil panen. melati dan simanis diberi tugas untuk menjaga hasi l panen tersebut dari tikus-tikus. Berkat hubungan dengan luar kota peti berasnya penuh dengan bahan makanan pokok dan setelah melewati musim kemarau yang panjang hujan turun untuk membanungankan kesuburan tanah kebun kami sehingga menghadiahi kami hasil bumi yang berlimpah. Darinya ibu memperoleh uang untuk membeli lauk kering yang disimpan dilemari belakang sebelah barat. Untuk kesekian kalinya ibu memperingatkan anak-anak agar selalu mencintai bumi dan tuhan penciptanya.

3. Ulasan unsur intrinsik :

A. Tema : Kecintaan Pada Alam Dan Pencipta-Nya

B. Penokohan :

1. Aku ( Teguh ) berwatak baik, Suka membantu orang tua, Rasa keingin tahuanya cukup besar .

2. Ibu berwatak Baik, Dermawan, Hemat.

3. Bapak berwatak Baik. Dermawan, Suka membantu orang lain, Pekerja keras.

4. Nugroho berwatak Baik, Keras kepala, Rajin.

5. Pak Sayur berwatak Baik, Tahu membalas budi.

C. Latar :

1. Perkampungan

2. Sungai

3. Kebun

D. Alur : maju

E. Sudut Pandang : Aku sebagai orang pertama

F. Amanat : Agar selalu mencintai bumi dan tuhan penciptanya.

Selasa, 20 Mei 2008

GRAFIK FRY

Nama : IDA ZUBAEDAH
NIM : 0702033
Program SI PGSD
UPI Kampus Sumedang


Judul wacana : Problematika Penulis Pemula (1)
"Kesulitan Mendapatkan Ide"

Diakui, ide atau inspirasi ini adalah modal awal seorang penulis dalam membuat artikel. Ide dianggap langkah penting pertama sebelum menuju langkah berikutnya. Ide yang baik ditunjang dengan pemahaman masalah dan penjabarannya yang baik akan menghasilkan artikel yang berkualitas. Intinya, sebuah artikel akan sulit dan tidak mungkin terwujud jika sebelumnya tidak ada ide.

Inspirasi berarti sesuatu yang muncul secara tiba-tiba dalam pikiran kita. Munculnya inpsirasi ini kadang erat kaitannya dengan pengalaman panca indera dalam menangkap respon tertentu yang dialami saat itu. Inspirasi ini nantinya mengarahkan penulis untuk menulis jenis karangan, baik artikel, cerpen atau puisi. Pemilihan jenis karangan ketika muncul

Uji Keterbacaan Grafik Fry
  1. Jumlah kalimat dalam 100 kata di awal wacana : 7,5
  2. Jumlah suku kata dalam 100 kata di awal wacana : 270
  3. Hasil kali jumlah suku kata dengan 0,6 : 270 x 0,6 = 162
  4. Grafik fry umur : 18 tahun
  5. Grafik fry kelas : college (perguruan tinggi)
  6. Sumber wacana : www.penulissukses.com

Rabu, 27 Februari 2008

Pembelajaran Kalimat Bahasa Indonesia Dengan Pola Spiral Pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Menurut pendapat saya, seteleh membaca materi "Pembelajaran Kalimat Bahasa Indonesia Dengan Pola Spiral Pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar" yang telah disusun oleh Prana D Iswara sangatlah baik penyajian materi tersebut. Pembelajaran kalimat dengan pola Spiral baik disampaikan pada siswa SD kelas IV, V dan VI karena pada kelas tinggi diharapkan siswa dapat lebih memahami dan menguasai kemampuan berbicara dan menulis. Bagi pengajar, pemahaman kalimat akan sangat membantu dalam menyampaikan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah maupun di kelas tinggi.

Dari materi Pembelajaran Kalimat Bahasa Indonesia dengan Pola Spiral dapat terlihat, bahwa untuk memahami kalimat haruslah dapat menguasai kategori kata (kelas kata) yang terdapat pada materi morfologi. Pada pembelajaran kalimat dengan pola spiral terdapat empat pembelajaran yang harus dkuasai yaitu:
1. Penguasaan kalimat aktif-pasif
2. Penguasaan kalimat berdasarkan kategori predikat
3. Penguasaan pola kalimat
4. Penguasaan kalimat majemuk

Namun tidak semua penyampaian pengajaran pola kalimat dapat mencapai rata-rata pembelajaran dengan baik, diantaranya pada pola S-P yang merupakan pola tersukar. Karena variasi-variasi S-P yang tidak dikenal pembelajaran sehingga kurang dipahami. Adapun pola yang relatif paling mudah adalah pola S-P-O dan S-P-K. Sekalipun demikian, tingkat-tingkat pola kesukaran setiap pola tidak jauh berbeda.


Nama : Ida Zubaedah
Nim : 0702033
Jurusan : S1 PGSD Kelas Bahasa
UPI SUMEDANG